Pages

.devilinside

Ditujukan kepada saya sebagai sebuah usaha rekonsiliasi pembenahan diri karena telah mengkhianati kata "percaya" beberapa waktu lalu, dan coba berbesar hati terima kata campak dan tak diindahkan. Pilu, tapi memang ini harus dijalani untuk semoga baik kedepannya.

"I trust people. I just don't trust the devil inside them"



Kepercayaan adalah hal yang sensitif untuk begitu saja diabaikan. Kita tak akan pernah tahu identitas seseorang dibalik topeng senyum kesehariannya. Wajah yang kasat mata bisa jadi hanya merupakan topeng untuk menunjukkan sebuah kesan dan pesan untuk lawan bicara, yang dibuat karena menyesuaikan tempat, waktu dan siapa lawan bicara kita agar menimbulakn impresi dan persepsi yang dikehendaki, dan menjadi hal yang menakutkan jika kita mengetahui apa yang ada dibalik wajah klise tersebut.

Kepercayaan terhadap seseorang bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dengan instan, butuh waktu berbulan-bulan, atau mungkin tahunan untuk membentuknya. Emosi yang rapuh yang dikombinasikan dengan sifat dasar manusia yang butuh orang lain untuk hidup membuat kepercayaan menjadi hal yang sensitif dan abu-abu.

Setiap manusia saya percaya punya rahasia kecil yang disimpan dalam ruang sempit yang dijaga sedemekian rupa hingga orang lain tidak ingin mengetahuinya. Dan penjaga ruang sempit tersebut bisa menjadi malaikat pelindung atau bahkan menjadi iblis antipati rasa sosial. Secara tidak sadar kita bisa saja menggunakan salah satu dari mereka sebagai siasat untuk menjadi sesuatu dalam kondisi tertentu. Iya, saya percaya itulah sifat alami manusia. Tidaklah buruk dan masih bisa di atasi jika memang sikap apa adanya memang telah mengakar dan menjadi keseharian kita. Dan semoga hal itu akan menjadi saya yang baru.

Iya, momen itu sangat berdampak akan visual bersosialisasi saya dan persepsi pribadi akan si bungkusuma.

"True human nature, the one that befits us all and the one we all hide, is worse then the fake face we show to the outside world. That, is the true fact of life"

Bukan dengan diam saya jalani teror hati yang dikarenakan alpa saya akan empati welas asih terhadap seseorang. Tapi mencoba menjadi apa adanya, dan senyum sikapi situasi yang satir.

Saya percaya, -Nya sayangi saya.

0 comments: